Tradisi
yang telah mendarah daging yang hingga kini dapat tetap menjaga
kerukunan antar sesama sebagaimana yang diharapkan dengan pelaksanaan
"Tri Hita Karana", patut kita jaga keberadaanya. Salah satu tradisi yang
hingga kini kental dan kita dapat jumpai sebagai implementasi ajaran
Tri Hita Karana tersebut yaitu Nyakan Ring Margi/Masak di Jalan saat
Perayaan Tahun Baru Caka Nyepi,di Desa Kayuputih,Banjar,Buleleng, Bali.
Tradisi
turun-temurun yang diselenggarakan krama di Desa Kayuputih,
dilaksanakan sehari setelah pelaksanaan Tapa Brata Penyepian ( Amati
Geni, tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu, Amati
karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan
meningkatkan kegiatan menyucikan rohani, Amati lelungaan, yaitu tidak
bepergian melainkan melakukan mawas diri dan Amati lelanguan, yaitu
tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran
terhadap Ida Sanghyang Widhi) atau pada saat ngembak geni berlangsung.
Tradisi
unik itu dinamakan nyakan ring margi/diwang. Tradisi yang sudah berusia
ratusan tahun itu berupa menanak nasi di luar rumah tepatnya di
pinggir-pinggir jalan di Desa Kayuputih. Ini
sesungguhnya salah satu tradisi unik turun temurun yang ada di Bali.
Hanya saja, upacara nyakan diwang ini kurang dikenal krama dari luar
Kecamatan Banjar, karena belum pernah dipublikasikan media massa.
Pelaksanaannya itu atas dasar kesadaran krama setempat. Tanpa ada
ancaman sanksi atau hukuman adat dari desa bagi yang tidak melaksanakan.
Tetapi krama merasa ada beban secara niskala bila tidak ikut
melaksanakan kegiatan itu. Begitu pula tidak ada dampak negatif yang
ditimbulkan bagi yang tidak melaksanakan. Tapi karena ini merupakan
tradisi yang ditinggalkan para leluhur secara turun temurun maka krama
Desa Kayuputih memiliki kewajiban moral dan niskala untuk melaksanakan.
Menurut
kisah leluhur, nyakan diwang itu merupakan rangkaian perayaan Hari Raya
Nyepi. Digelar nyakan diwang itu sebagai bentuk pembersihan rumah
terutama penyepian dapur setiap keluarga di Desa Kayuputih. Uniknya
lagi, di sela-sela menanak nasi itu, ada juga tradisi saling mengunjungi
tetangga untuk bersilahturami. Karena sebagian besar masyarakat Desa
kayuputih merantau untuk mencari pekerjaan, maka moment ini digunakan
untuk silaturahmi dengan sahabat, saudara yang sudah lama tidak
dijumpainya.Ya, intinya saling menyapa dan sekadar berbasa-basi
menanyakan jenis masakannya yang dibuat.
Tidak saja di Desa Kayuputih, tradisi serupa juga dilaksanakan sebagian besar desa-desa di Kecamatan Banjar. Tradisi memasak di jalan sudah mulai dilakukan sejak pukul 00.00 setelah terdengar suara Kulkul pada saat Ngembak Geni. Saat itu, hampir sebagian besar warga sudah keluar rumah mulai memasak. Akibatnya, jalanan pun menjadi ramai, karena saat itu kendaraan bermotor dilarang lewat sebelum pukul 07.00 pagi.
Excellent
BalasHapustHAnk you :)
BalasHapus